Rabu, 29 November 2017
Komunitas wong pemalang
Industri kecil kerajinan Tenun ATBM banyak terdapat di Desa Wanarejan, Desa Beji Kec. Taman Kabupaten Pemalang. Produksi yang dihasilkan berupa sarung kemabang / goyor sarung palekat kain lurik khas Pemalang Produksi sarung goyor tersebut sudah banyak dikenal dan pemasarannya sampai dengan ke Afrika Timur, Tengah melalui eksportir luar daerah atau pihak ketiga.
Jika dulu yang biasa dibayangkan orang tentang lurik adalah sebatas kain garis-garis dengan warna-warna dasar seperti coklat, hitam, dan putih, kini sudah tidak begitu lagi keadaannya.
Sarung pemalang tembus pasar ekspor
Liputan6.com, Pemalang: Sarung tenun yang dibuat dengan
alat tenun bukan mesin (ATBM) yang diproduksi di Pemalang, Jawa Tengah,
diminati pasar mancanegara terutama Timur Tengah. Menurut salah seorang
perajin, Sukron, dalam dua bulan terakhir permintaan sarung tenun
Pemalang memang terus meningkat. Biasanya, setiap agen hanya memesan
satu kodi. Kini bisa mencapai dua hingga tiga kodi per bulan.
Sarung tenun buatan Sukron dijual Rp 1,8 juta per kodi. Jika Anda ingin membeli sepotong, Sukron mematok harga Rp 150 ribu. Sukron tak main-main. Pasalnya, pria yang sudah melakoni kerajinan sarung tenun sejak puluhan tahun silam itu, siap menggantinya dua kali lipat jika dalam kurun waktu dua tahun sarung tenun buatannya rusak. Selain awet, sarung tenun ini juga nyaman dipakai. Jika dibandingkan dengan sarung pabrikan, sarung tenun jauh lebih adem dan halus.(ASW/ANS)
Sarung tenun buatan Sukron dijual Rp 1,8 juta per kodi. Jika Anda ingin membeli sepotong, Sukron mematok harga Rp 150 ribu. Sukron tak main-main. Pasalnya, pria yang sudah melakoni kerajinan sarung tenun sejak puluhan tahun silam itu, siap menggantinya dua kali lipat jika dalam kurun waktu dua tahun sarung tenun buatannya rusak. Selain awet, sarung tenun ini juga nyaman dipakai. Jika dibandingkan dengan sarung pabrikan, sarung tenun jauh lebih adem dan halus.(ASW/ANS)
Selasa, 28 November 2017
Menenun rupiah dari sarung goyor
Kerajinan tenun ikat ATBM di Desa Wanarejan
Utara Kec. Taman Kab. Pemalang sudah ada sejak tahun 1930-an, karena kondisi
keamanan, kerajinan ini belum mengalami kemajuan yang berarti. Baru pada tahun
1950-an kerajinan ini mulai banyak diproduksi oleh masyarakat sebagai home industri dan lama kelamaan
berkembang menjadi sentra yang dinamis. Produksi masyarakat pada saat itu hanya
untuk memenuhi kebutuhan sendiri, seiring berjalannya waktu hasil produksinya pun
dapat diterima oleh konsumen di daerah lainnya.
Produk utama yang dihasilkan pada
sentra ini adalah sarung kembang atau sering disebut sebagi sarung goyor/ byur.
Penyebutan ini berkaitan dengan proses produksi yang dilakukan yaitu sebelum
benang ditenun terlebih dahulu diikat, sehingga benang yang tidak diikat akan
terkena warna sesuai dengan design dan pola yang dikehendaki. Pola atau gambar
yang digunakan bermotif bunga (kembang) dengan susunan tetris atau
berbalok-balok. Sarung ini juga mempunyai kelenturan tersendiri dan tidak mudah
kusut sehingga masyarakat menyebutnya sebagai sarung goyor atau byur.
Kondisi Sentra
Alat produksi sarung goyor
dikerjakan menggunakan tenun tradisional (ATBM) yang sering disebut juga dengan
tenun tok-klek (karena bunyi-bunyian yang dihasilkan). Bahan bakunya
menggunakan benang rayon yang diimpor dari Cina dan India dengan ketebalan 60/2
dan 40/2. Menurut HM. Syukron yang menjabat sebagai Kepala Desa sekaligus
pengrajin, di Desa Wanarejan Utara saat ini terdapat 178 pengrajin dengan 1.035
ATBM yang beroperasi dan menyerap tenaga kerja sebanyak 2.634 orang. Kondisi
ini masih jauh dibandingkan pada masa kejayaan sarung goyor yaitu saat terjadinya
krisis moneter sekitar tahun 1995 – 1999, dimana ATBM yang beroperasi mencapai angka
dua kali lipat.
Proses produksi sarung
goyor tergolong unik dan rumit, dimulai dari proses penyiapan dan pewarnaan (chemical) benang untuk ditenun sampai
sarung siap dijual. Proses lusi yaitu benang tenun yang berfungsi sebagai
penyangga (vertikal) dikerjakan melalui
5 tahapan, sedangkan proses pakan yaitu benang tenun yang membujur (horizontal) melalui 12 tahapan. Setelah
itu benang ditenun (1 tahapan) untuk membentuk kain, pengerjaan dari kain tenun
sampai dengan sarung goyor siap dipasarkan melalui 7 tahapan lagi. Secara
keseluruhan sarung goyor dikerjakan melalui 25 tahapan, jika 1 proses produksi
dikerjakan 1 orang dengan ATBM 1.035 unit, maka sentra ini minimal membutuhkan
25.875 orang, sebagai angka yang luar biasa bagi pemerintah dalam upaya
mengurangi jumlah pengangguran.
Kajian Ekonomi
Sarung goyor juga sangat
menguntungkan bagi pengrajin, dengan menggunakan benang 60/2 R (lusi) seharga
Rp. 300.000,- per pack (menghasilkan 25 sarung) dan benang 40/2 R (pakan) seharga
Rp. 225.000,- per pack (18 sarung), dimana HPP untuk membuat sarung goyor
sebesar Rp. 90.000,- per sarung, dengan harga jual disesuaikan dengan kualitas
produk yang dihasilkan. Terdapat empat jenis kualitas sarung goyor, yaitu;
sarung kasaran, manis, halusan TNS dan
sarung halusan TS dengan harga jual antara Rp. 100.000,- s.d. Rp. 140.000,- per
sarung. Nilai keuntungan (profitabilitas)
yang tinggi ini membuat Desa Wanarejan Utara mempunyai tingkat pendapatan yang
lebih baik dibandingkan Desa-Desa lain disekitarnya, sehingga sentra ini
berkembang ke desa lainnya, seperti; Desa Wanarejan Selatan, Banjaran,
Pedurungan, Beji, Serang, Comal, Padek dan Pelutan.
Tingkat kenyamanan sarung goyor saat
dikenakan (pada cuaca panas terasa sejuk digunakan dan cuaca dingin hangat
untuk dikenakan) sangat diminati oleh konsumen, disamping keunggulan lainya seperti
lentur, tidak kusut, tidak mudah robek, tenunan yang halus (kerapatan 1.500
helai benang lusi) dan warnanya yang tidak mudah luntur. Pemasaran sarung goyor
meliputi pasar lokal (Pemalang, Pekalongan, Tegal, Cirebon, Solo dan Semarang),
diluar daerah (Jakarta, Bali, Aceh, Riau, Jambi dan Kalimantan) dan luar negeri
(Abudhabi, Somalia, Tunisia, Yaman, Arab Saudi, Nigeria, Uni Emirat Arab,
India, Malaysia dan Brunai). Selama ini para pengrajin di Desa Wanarejan Utara
tidak dapat memenuhi permintaan pasar dikarenakan keterbatasan modal yang
dimiliki.
Estimasi
kebutuhan modal (investasi) sentra (sarung goyor) ini sebesar 30 milyar rupiah,
diproyeksikan tingkat B/C ratio
sebesar 1,55 kali, IRR 119%, NPV 48 milyar, BEP (penjualan) 40,47% dan pay back period selama 2,64 tahun.
Investasi ini dapat mengembangkan jumlah ATBM menjadi 2.035 unit dengan
kapasitas 915.750 sarung per tahunnya dan penyerapan tenaga kerja sebanyak
50.875 orang. Mengingat besarnya multiplier
effect pada sentra ini, maka sejak tahun 1996 mendapat prioritas
pengambangan dari Pemda Kabupaten Pemalang dengan ditetapkan sebagai salah satu
produk unggulan daerah, yaitu dengan pengembangan program kearah produktivitas
dan lingkungan hidupnya, sehingga diharapkan sarung goyor tidak hanya mendatangkan
rupiah bagi masyarakat juga ramah lingkungan.
Cara membuat sarung goyor
Cara Pembuatan Sarung Goyor
Proses
pembuatan diawali dengan pemilihan jenis benang. Benang yang telah
dipilih akan dicelup warna putih terlebih dahulu. Ini dimaksudkan agar
dalam pewarnaan berikutnya akan mendapatkan warna yang benar-benar
sempurna karena warna asli benang adalah putih tulang. Setelah proses
penjemuran benang, benang yang sudah berwarna putih di keteng atau
digulung dengan alat yang disebut bomb.
Selanjutnya
akan dipilih mana benang yang akan dibuat dasar dan mana benang yang
akan dibuat motif. Benang yang akan dijadikan motif akan diproses lebih
panjang daripada benang yang akan dijadikan dasar. Seperti dikemukakan
diatas bahwa warna lain tergantung pada pemilihan warna dasar, apakah
berwarna cerah atau gelap. Benang yang akan dijadikan motif di
bentangkan pada kayu berbentuk segi
empat ukuran 1 x 1 m. Proses ini disebut di baki. Benang ditalikan
ujung ke ujung yang nantinya akan digambar seperti motif yang
diinginkan. Kemudian benang diikat dengan tali raffia plastic.
Pengikatan tali-tali ini berdasarkan gambar yang telah dibubuhkan pada
kain yang akan diwarnai.
Setiap
ikatan tentu mempunyai warna yang berbeda-beda. Selesai diikat, benang
akan dibawa untuk proses pencelupan pertama (dibres), tapi sebelumnya
benang harus dilepas dari baki. Pencelupan warna untuk motif akan
dilakukan berulang kali sesuai dengan banyak warna yang dibutuhkan dalam
pemberian motif. Setelah pewarnaan ada proses pengeringan. Pastikan
bahwa benang-benang ini benar-benar kering karena akan dicolet. Inilah
pemberian warna terakhir untuk benang. Benang dibongkar dari
ikatan-ikatan yang nantinya akan dipalet atau digulung. Kemudian benang
motif ini siap untuk ditenun bersama benang-benang warna dasar menjadi
kain sarung. Seorang pengrajin bisa membuat 1 – 1,5 kain sarung. Satu
kain sarung ukurannya 125 x 120 cm.
Proses
terakhir adalah penjahitan, pencucian dan pengepakan kain sarung. Kain
sarung goyor sebelum di kemas memang terlebih dahulu di cuci supaya
mendapatkan kesan “goyor” pada kain well. Kemudian sarung goyor siap
untuk dipasarkan.
Alat dan Bahan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan sarung goyor
1. Mesin tenun ATBM
2. Mesin keteng Bim dan rak gelok
3. Mesin keteng Baki dan rak gelok
4. Plangkan Baki
5. Kelosan besar untuk lusi
6. Bongkaran keteng pakan
7. Kelosan kecil untuk pakan
8. Mesin jahit juki
Tenaga kerja yang dibutuhkan
1. Tukang pewarna
2. Tukang keteng baki
3. Tukang gambar
4. Tukang tali baki
5. Tukang pewarna pakan
6. Tukang bongkar tali (pritil)
7. Tukang bongkar baki
8. Tukang kelos pakan
9. Tukang kelos lusi
10. Tukang nyucuk
11. Tukang keteng bim lusi
12. Tukang tenun
kelebihan sarung goyor khas pemalang
Sarung Tenun – kualitas, motif sarung
tenun asli Pemalang.
PEMALANG-Sarung tenun corak tumpal
sudah bukan barang asing bagi sebagian besar pecinta kain sarung. Sarung jenis ini
tergolong sarung yang banyak diminati oleh kalangan menengah karena kualitas
dan coraknya yang bervariasi dan memiliki nilai seni tinggi.Salah satu
pengrajin sarung tenun corak tumpal di Kota Pemalang, Jaroha, mengakui bahwa
jenis sarung tenun bercorak tumpal termasuk sarung yang banyak dikoleksi
kalangan tertentu seperti kyai, pengusaha, bahkan umat muslim disekitar kota
Pemalang. Ini lantaran sarung tenun corak tumpal terbukti berkualitas dan
sangat khas.
“Sarung tenun corak tumpal memiliki
karakter yang berbeda dengan kain sarung pada umumnya, terasa lebih adem,
halus, motif serta corak yang ekslusif karena dibuat secara manual (handmade), tidak diproduksi massal,”
kata Jaroha saat ditemui di rumahnya Desa Pedurungan Barat Rt 01 Rw 04
kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Sabtu (16/4/2016).Tidak mudah memang, kata
Jaroha, sebab proses pembuatan satu lembar saja membutuhkan setidaknya 11
tahapan selama kurang lebih 14 hari. Proses pembuatan yang rumit hingga
membutuhkan ketekunan, ketelitian dan kesabaran untuk menjadi selembar kain
sarung yang layak jual di pasaran.
Ibu dari 7 anak ini menerangkan,
tahapan awal pembuatan sarung dimulai dari pemilihan bahan baku, benang diberi
pemutih setelah itu benang dilerek hingga tertata rapi digelok atau tempat
beneng, kemudian benang tersebut diketeng baki, digambar lalu diikat
menggunakan rafiah sesuai dengan motif yang sudah digambar, setelah itu baki
yang sudah diikat rafiah dibongkar ulang untuk diberi pewarna, motif yang berwarna
merah dikat ulang menggunakan rafiah hingga warna merasap, setelah itu ikatan
dibongkar ulang lalu dilerek pakan kemudian ditenun hingga menjadi 1 lembar
kain sarung.
Dalam proses produksi, Jaroha pun
masih mempertahankan metode tenun mengunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang
dioperasikan dengan tenaga manusia. “Dengan ATBM, kualitas sarung tenun corak
tumpal tetap terjaga dari dulu sampai sekarang. Dalam produksi jaroha dibantu
22 karyawan dengan 25 unit ATBM.
Sarung tenun corak tumpal merupakan
kerajinan yang diwariskan oleh sang suami sejak tahun 1999 silam. Setelah itu
sarung tenun ini dilanjutkan oleh Jaroha sampai sekarang. “Rutin setiap 1
minggu sekali sarung tenun corak tumpal ini dijual ke Pekalongan dengan harga
Rp 2 juta perkodi atau sekitar 100 ribu per lembar,”kata Jaroha. “Hasil yang
diperoleh cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mampu mengurangi
pengangguran disekitar rumah salah satu alasan saya tetap meneruskan usaha ini
sampai sekarang,”kata jaroha ibu 7 anak ini.
Harga sarung goyor
Kondisi barang New. sarung goyor / sarung byur adalah sarung
berbahasan dasar benang rayon. dan di kerjakan dengan atbm (alat tenun
bukan mesin) jadi ...
Kondisi barang New. sarung goyor / sarung byur adalah sarung
berbahan dasar benang rayon. berasal dari benang pilihan berkualitas
terbaik, kualitas ek...
Kondisi barang New. sarung goyor / sarung byur adalah sarung
berbahasan dasar benang rayon. dan di kerjakan dengan atbm (alat tenun
bukan mesin) jadi ...
Pakaian Muslim
:
Sarung Goyor Sarung Byur Al Faris Ok Punya
Pakaian Muslim
:
Kondisi barang New. sarung byur goyor handmade. kualitas benang
oke punya di banding harga di bawah ini. ukuran standar kurang lebih,
lebar 115-120cm....
Rp 395.000
Pakaian Muslim
:
Sarung Byur Goyor Motif Timuran Ukuran Jumbo Terlaris
Pakaian Muslim
:
Kondisi barang New. sarung byur / goyor semibotolan. perbedaan sarung ini dengan yang lainnya adalah di corak bunganya.
Pakaian Muslim
:
Sarung Byur Goyor Motif Timuran Ukuran Jumbo Murah Berkualitas
Pakaian Muslim
:
LIMITED EDITION sarung byur / sarung goyor / sarung halus cap sutra bali TERLARIS
Pakaian Muslim
:
TERBATAS sarung byur / sarung goyor / sarung halus cap sutra bali RECOMENDED
Pakaian Muslim
:
Sarung Tenun Atbm Goyor Byur Murah Yuk Di Order Langsung
Sejarah dan filosofi sarung goyor
Assalamu’alaikum wr, wb.
Ahlan wa sahlan para
pecinta sarung goyor dimanapun kalian berada.
Disini ane mau sedikit cerita nih bagaimana awal mula/ sejarah
sarung goyor pertama kali muncul di indonesia, dari daerah mana sarung goyor
berasal, apa filosofi dari motif unik yang terpampang di desain sarung goyor,
dan kenapa sarung goyor bisa terkenal sampai timur tengah. Huhuhu berat juga ya
pembahasannya, tapi nggakpapa disini ane mau kumpas tuntas nih tentang semuanya,
soalnya kalian juga penasarankan kan tentang sejarahnya.
Well, disini ane mau bahas terlebih dahulu bagaimana sejarah
dan awal mula sarung goyor pertama kali muncul di indonesia.
Sarung goyor mempunyai beberapa nama alias seperti sarong
goyor, sarung ikat, sarung botolan, sarung balian, sarung alusan, sarung kasaran
dan sarung toldem, untuk kejelasan tentang penamaan tersebut bisa di dibaca
selengkapnya disini.
Sarung goyor merupakan salah satu sarung tradisional
indonesia, cara pembuatannya sendiri murni kerajinan tangan tanpa melibatkan bantuan
mesin sama sekali. Alat yang digunakan untuk membuat sarung goyor dibuat dari
kayu, dengan arsitektur alat yang disesuaikan dengan prosesi dari setiap langkah
dalam pembuatan sarung goyor. Ada sekitar 8 langkah dalam pembuatan sarung
goyor, anda bisa melihatnya disini.
Untuk kejelasan
kapan pertama kali sarung goyor ada di indonesia
ane sendiri tidak bisa menyebutkan, karena sampai sekarang belum ada
referensi
tervalidasi dari sejarah kapan sarung goyor mulai di produksi di
indonesia. Tapi
karena rasa penasaran ini akhirnya ane mengulik cerita sarung goyor dari
nenek
ane, nenek ane berusia sekitar 80 tahun, beliau mulai produksi sarung
goyor sejak
tahun 1957 atau sekitar 60 tahun yang lalu. Dari keterangan nenek ane,
jauh
sebelum itu sarung goyor sudah ada di desa (wanarejan utara, pemalang)
hanya saja
alat tenun yang digunakan masih alat tenun lantai atau dalam bahasa
jawanya
nglemprak, itu nenek ane jumpai ketika beliau berumur sekitar 9 tahun
(Ibu
dari nenek ane juga salah satu pengusaha sarung goyor, dan Insya Allah
nenek
ane masih mempunyai ingatan yang tajam di umur sekarang ini). Dari situ
ane menyimpulkan mulai di produksinya sarung goyor di desa wanarejan
utara,
pemalang sekitar tahun 1920’an. Tapi jangan jadi patokan karena mungkin
untuk
sarung goyor di kota lain berbeda, karena bahkan sampai sekarang belum
diketahui dari kota mana sarung goyor ini berasal.
Dari daerah mana sarung goyor berasal, seperti yang ane sebutkan diatas belum
ada kejelasan dari daerah mana sarung goyor itu berasal, entah itu pemalang,
jepara, solo, sragen, kediri itu semua masih menjadi misteri. Misteri yang akan
sulit terbukti, sampai akhir hayat nanti kerena akan sulit mencari narasumber
yang benar benar mengerti akan hal ini :’D.
Filosofi dari motif unik sarung goyor, motif sarung goyor sangatlah beragam,
kalau untuk pengrajin disini menyebutnya motif kembangan, nanasan, dan prilikan.
Dari ketiga motif tersebut yang populer saat ini adalah motif prilikan, motif
prilikan mempunyai motif yang lebih kecil dari motif lainnya. Dengan keunikan
motif kecilnya motif prilikan banyak disukai oleh orang mancanegara seperti:
arab, somalia dan india. Motif kembangan merupakan motif yang pertama kali
menjadi motif kas dari sarung goyor, filosofi dari motif kembangan di adaptasi
dari seni estetika suatu rangkaian bunga yang mempunyai nilai karismatik yang
tinggi sehingga membuat orang yang melihatnya akan merasa senang. Karena
pengalaman estetiknya itu akhirnya para pengrajin menjadikan motif rangkaian
sarungnya menjadi seperti rangkaian bunga (Ambarawati: 2013).
Kenapa sarung goyor bisa terkenal sampai timur tengah, motifnya
yang unik dan bahannya yang sejuk
digunakan adalah alasan paling kuat kenapa sarung goyor terkenal dan
banyak di cari di mancanegara, khususnya negara bagian timur tengah.
Mungkin itu saja yang bisa anepaparkan tentang sejarah dan
filososi motif sarung goyor, bila ada masukan bisa langsung komentar disini,
atau jika anda ingin melakukan pemesanan bisa langsung menghubungi kontak ane di: 089635002203 (WA).
Terima kasih untuk pembaca, semoga bermanfaat J.
jenis jenis Sarung
1.Sarung Tenun Khas Bali
Sarung tenun poleng ( Kain Poleng ) sudah menjadi bagian dari kehidupan religius umat Hindu di Bali. Kain itu digunakan untuk keperluan sakral dan profan. Di pura. digunakan untuk tedung (payung), umbul-umbul, untuk menghias palinggih, patung, dan kul-kul. Tidak hanya benda sakral, pohon di pura pun banyak dililit kain poleng.Menurut penelitian, bentuk saput poleng beranekaragam. Misalnya dari segi warna, ukurannya, hiasannya, hiasan tepinya, bahan kainnya, dan ukuran kotak-kotaknya. Berdasarkan warnanya, ada kain poleng yang disebut rwabhineda (hitam dan putih), sudhamala (putih, abu-abu, hitam), dan tridatu (putih, hitam, merah).kain poleng ini muncul dan digunakan umat Hindu dalam kehidupan religius? Diperkirakan, kain poleng yang pertama ada dan digunakan umat Hindu adalah kain poleng rwabhineda. Setelah itu barulah muncul kain poleng sudhamala dan tri datu.
2.Sarung Tenun Tradisional Samarinda
Sebagian besar penduduk Samarinda Seberang adalah bersuku Bugis, maka kebudayaan Bugis sangat terasa kental di daerah ini. Salah satu pengaruh Bugis yang telah dikenal luas adalah “Kerajinan Tenun Sarung Samarinda”. Pengrajin tenun sarung Samarinda yang bersuku Bugis, tersebar pada Kelurahan Baqa dan Masjid. Sarung Samarinda terbuat dari benang sutra yang berasal dari China yang kemudian diolah agar menjadi kuat. Benang tersebut kemudian ditenun dengan menggunakan alat tradidional yang disebut “gedokan” atau menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Satu buah sarung membutuhkan pengerjaan hingga selama sekitar 3 minggu.
3,Sarung Khas Suku Batak ( Sarung Ulos)
Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain.
Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk menghangatkan badan, tetapi kini Ulos memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain dalam segala aspek kehidupan orang Batak. Contohnya ulos dianggap sebagai pengikat kasih sayang diantara sesama . Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Batak. Setiap ulos mempunyai ‘raksa’ sendiri-sendiri, artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau benda tertentu. Dikalangan orang batak sering terdengar mengulosi yang artinya memberi Ulos, atau menghangatkan dengan ulos. Dalam kepercayaan orang-orang Batak, jika (tondi) pun perlu diulos, sehingga kaum lelaki yang berjiwa keras mempunyai sifat-sifat kejantanan dan kepahlawanan, dan orng perempuan mempunyai sifat-sifat ketahanan untuk melawan guna-guna dan kemandulan.
Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, dalam hal mengulosi, ada aturan yang harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh mengulosi mereka yang menurut kerabatan berada dibawahnya, misalnya orang tua boleh mengulosi anak, tetapi anak tidak boleh mengulosi orang tua. Jadi dalam prinsip kekerabatn Batak yang disebut ‘Dalihan Na tolu’, yang terdiri atas unsur-unsur hula-hula boru, dan dongan sabutuha, seorang boru sama sekali tidak dibenarkan mengulosi hula-hulanya. Ulos yang diberikan dalam mengulosi tidak boleh sembarangan, baik dalam macam maupun cara membuatnya.
4.Sarung Khas Gresik
Sarung tenun tradisional khas Gresik Jawa Timur di kenal kaya motif dan corak. Dengan mempertahankan proses penenunan yang masih tradisional, sarung tenun tersebut memiliki tempat tersendiri di kalangan masyarakat
Seni kerajinan sarung tenun yang berwarna warni dan kaya akan motif ini, masih di kerjakan secara tradisional
Motif dan corak khas sarung tenun Gresik adalah warnanya timbul dengan corak beragam diantaranya corak kembang, garis-garis, gunungan, hingga corak laut biru dengan 3 jenis kain, yakni sutera, fiber dan sisir 70
Pembuatan sarung dengan peralatan tradisional ini menciptakan hasil yang maksimal. Keistimewaan dari sarung tenun ini adalah pada kualitas benang serta nilai seni yang tetap memperlihatkan ciri khas natural berupa motif kembang dan hiasan alam lainnya.
5.Sarung Tenun Goyor
Sarung Tenun Goyor, Dari desa sederhana yaitu desa Troso di Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, sarung tenun goyor yang dihasilkan warga troso mampu mencapai daratan Afrika dan Timur Tengah dari berbagai corak dan ragam sarung tenun goyor.
6.Sarung Sutera Bugis
Awalnya, tradisi tenun tersebut dikembangkan secara manual dan tradisional, namun kini sudah ada beberapa perajin sutera yang meninggalkan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), karena alasan mengejar produksi. Dari 14 kecamatan di Kabupaten Wajo, 10 kecamatan di antaranya seperti Kecamatan Tempe, Tanasitolo, Majauleng, Sabbangparu, Pammana, dan Sajoanging, sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari hasil usaha persuteraan.
Produksi sarung sutera yang dalam bahasa Bugis-Makassarnya lipa sabbe, dipasok dari empat daerah masing-masing Majene, Polewali, Wajo dan Soppeng. Namun yang lebih terkenal baik dalam skala lokal maupun nasional, bahkan mancanegara adalah sarung sutera dari Kabupaten Wajo. Pasalnya, baik corak maupun kualitasnya memiliki keunggulan yang lebih dibanding produksi daerah lainnya.
Itulah beberapa sarung tenun khas indonesia yang saya share disini,mungkin agan-aganwati mau nambahin,monggooo...
Spoiler for Penampakan:
Sarung tenun poleng ( Kain Poleng ) sudah menjadi bagian dari kehidupan religius umat Hindu di Bali. Kain itu digunakan untuk keperluan sakral dan profan. Di pura. digunakan untuk tedung (payung), umbul-umbul, untuk menghias palinggih, patung, dan kul-kul. Tidak hanya benda sakral, pohon di pura pun banyak dililit kain poleng.Menurut penelitian, bentuk saput poleng beranekaragam. Misalnya dari segi warna, ukurannya, hiasannya, hiasan tepinya, bahan kainnya, dan ukuran kotak-kotaknya. Berdasarkan warnanya, ada kain poleng yang disebut rwabhineda (hitam dan putih), sudhamala (putih, abu-abu, hitam), dan tridatu (putih, hitam, merah).kain poleng ini muncul dan digunakan umat Hindu dalam kehidupan religius? Diperkirakan, kain poleng yang pertama ada dan digunakan umat Hindu adalah kain poleng rwabhineda. Setelah itu barulah muncul kain poleng sudhamala dan tri datu.
2.Sarung Tenun Tradisional Samarinda
Spoiler for Penampakan:
Sebagian besar penduduk Samarinda Seberang adalah bersuku Bugis, maka kebudayaan Bugis sangat terasa kental di daerah ini. Salah satu pengaruh Bugis yang telah dikenal luas adalah “Kerajinan Tenun Sarung Samarinda”. Pengrajin tenun sarung Samarinda yang bersuku Bugis, tersebar pada Kelurahan Baqa dan Masjid. Sarung Samarinda terbuat dari benang sutra yang berasal dari China yang kemudian diolah agar menjadi kuat. Benang tersebut kemudian ditenun dengan menggunakan alat tradidional yang disebut “gedokan” atau menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Satu buah sarung membutuhkan pengerjaan hingga selama sekitar 3 minggu.
3,Sarung Khas Suku Batak ( Sarung Ulos)
Spoiler for Penampakan:
Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain.
Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk menghangatkan badan, tetapi kini Ulos memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain dalam segala aspek kehidupan orang Batak. Contohnya ulos dianggap sebagai pengikat kasih sayang diantara sesama . Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Batak. Setiap ulos mempunyai ‘raksa’ sendiri-sendiri, artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau benda tertentu. Dikalangan orang batak sering terdengar mengulosi yang artinya memberi Ulos, atau menghangatkan dengan ulos. Dalam kepercayaan orang-orang Batak, jika (tondi) pun perlu diulos, sehingga kaum lelaki yang berjiwa keras mempunyai sifat-sifat kejantanan dan kepahlawanan, dan orng perempuan mempunyai sifat-sifat ketahanan untuk melawan guna-guna dan kemandulan.
Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, dalam hal mengulosi, ada aturan yang harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh mengulosi mereka yang menurut kerabatan berada dibawahnya, misalnya orang tua boleh mengulosi anak, tetapi anak tidak boleh mengulosi orang tua. Jadi dalam prinsip kekerabatn Batak yang disebut ‘Dalihan Na tolu’, yang terdiri atas unsur-unsur hula-hula boru, dan dongan sabutuha, seorang boru sama sekali tidak dibenarkan mengulosi hula-hulanya. Ulos yang diberikan dalam mengulosi tidak boleh sembarangan, baik dalam macam maupun cara membuatnya.
4.Sarung Khas Gresik
Spoiler for Penampakan:
Sarung tenun tradisional khas Gresik Jawa Timur di kenal kaya motif dan corak. Dengan mempertahankan proses penenunan yang masih tradisional, sarung tenun tersebut memiliki tempat tersendiri di kalangan masyarakat
Seni kerajinan sarung tenun yang berwarna warni dan kaya akan motif ini, masih di kerjakan secara tradisional
Motif dan corak khas sarung tenun Gresik adalah warnanya timbul dengan corak beragam diantaranya corak kembang, garis-garis, gunungan, hingga corak laut biru dengan 3 jenis kain, yakni sutera, fiber dan sisir 70
Pembuatan sarung dengan peralatan tradisional ini menciptakan hasil yang maksimal. Keistimewaan dari sarung tenun ini adalah pada kualitas benang serta nilai seni yang tetap memperlihatkan ciri khas natural berupa motif kembang dan hiasan alam lainnya.
5.Sarung Tenun Goyor
Spoiler for Penampakan:
Sarung Tenun Goyor, Dari desa sederhana yaitu desa Troso di Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, sarung tenun goyor yang dihasilkan warga troso mampu mencapai daratan Afrika dan Timur Tengah dari berbagai corak dan ragam sarung tenun goyor.
6.Sarung Sutera Bugis
Spoiler for Penampakan:
Awalnya, tradisi tenun tersebut dikembangkan secara manual dan tradisional, namun kini sudah ada beberapa perajin sutera yang meninggalkan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), karena alasan mengejar produksi. Dari 14 kecamatan di Kabupaten Wajo, 10 kecamatan di antaranya seperti Kecamatan Tempe, Tanasitolo, Majauleng, Sabbangparu, Pammana, dan Sajoanging, sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari hasil usaha persuteraan.
Produksi sarung sutera yang dalam bahasa Bugis-Makassarnya lipa sabbe, dipasok dari empat daerah masing-masing Majene, Polewali, Wajo dan Soppeng. Namun yang lebih terkenal baik dalam skala lokal maupun nasional, bahkan mancanegara adalah sarung sutera dari Kabupaten Wajo. Pasalnya, baik corak maupun kualitasnya memiliki keunggulan yang lebih dibanding produksi daerah lainnya.
Itulah beberapa sarung tenun khas indonesia yang saya share disini,mungkin agan-aganwati mau nambahin,monggooo...
Senin, 27 November 2017
sarung goyor
Sarung goyor atau biasa disebut
sarung toldem merupakan kain sarung yang dibuat oleh para pengusaha pengrajin
asal pemalang, jawa tengah. Sarung ini dibuat dengan cara tradisional atau
biasa disebut ‘Tenun’. Sarung ini mempunyai kelebihan dari sarung lainnya, seperti: terasa adem
saat dipakai di cuaca panas dan terasa
hangat saat dipakai di cuaca dingin, bahan tidak bau dan mempunyai banyak
pilihan motif untuk pilihan pelanggan. Kain sarung ini terbuat dari bahan katun
dengan rajutan benang rayon.
Sarung goyor asal pemalang ini
awalnya berproduksi di desa wanarejan utara, kecamatan taman yang kemudian
banyak daerah daerah lainnya yang membuka usaha pembuatan kain sarung tersebut,
karena melihat dari segi keuntungan yang didapatkan. Sarung goyor ini mempunyai
berbagai merk, biasanya merk sarung ini sesuai dengan pesanan dari pelanggan.
Sarung goyor merupakan sarung
eksport diamana kain ini banyak dipasarkan di daerah timur tengah dan akhir akhir ini Alhamdulillah sudah menembus pasar
eropa dan selandia baru. Bukan hanya diluar negeri tapi pemasaran kain sarung
ini juga sudah banyak dipasarkan di wilayah wilayah indonesia. Seperti: Bali, Surabaya, Tegal,
Pekalongan, Brebes, Cirebon, Pemalang dll.
Harga dari kain sarung ini relatif lebih
mahal dari harga sarung biasanya (seperti sarung celup dan sablon), proses yang
begitu lama dalam proses pembuatannya yang dilakukan secara manual dan bahan
yang digunakan untuk pembuatan sarung merupakan faktor yang menyebabkan harga
sarung goyor ini relatif berbeda dengan sarung lainnya, harga sarung kualitas
bagus berkisar antara:
-
Rp. 200.000
– Rp. 300.000 (WIlayah: Indonesia)
-
Rp.
300.000 – Rp. 500.000 (Wilayah: Luar Indonesia),
sedangkan
untuk kualitas yang mempunyai kecacatan (Ukuran lebih pendek, terdapat
kesalahan motif, motif kurang rajin) berkisar antara:
-
Rp.
120.000 – Rp. 200.000 (Wilayah: Indonesia)
-
Rp.
200.000 – Rp. 350.000 (Wilayah: Indonesia)
(Motif
yang rumit mempengaruhi harga jual).
Disini saya menjual sarung goyor ini
tanpa merk sebuah perusahaan sehingga kain sarung dapat dibeli dengan harga
miring, seperti kata para pelanggan cerdas (Apalah arti sebuah merk kalo dengan
harga miring kita dapat membeli barang dengan kualitas sama), Singkat cerita
saya juga pernah mendengar cerita seperti ini ‘bahwa merk itu sangat
berpengaruh terhadap harga’.
Berikut
kisaran harga sarung yang saya jual (Khusus Wilayah Indonesia)
Kain
sarung kualitas bagus berkisar antara:
-
Rp.
150.000 – Rp. 250.000
Kain
sarung kualitas rendah berkisar antara:
-
Rp.
80.000 – Rp. 180.000
NB:
1. [‘Beli
lebih banyak pastinya lebih murah, akan banyak potongan harganya :D’].
2. Pelanggan boleh memesan motif dan merk sesuai keinginan [Berpengaruh terhadap harga].
2. Pelanggan boleh memesan motif dan merk sesuai keinginan [Berpengaruh terhadap harga].
Oya
satu hal lagi yang saya jual ini kain sarung loh ya, bukan sarung siap pakai
jadi ya kalo untuk sarung siap pakai ada harga ++nya sendiri ^_^.
Minat
hub:
Email:
Imamahmadashari@gmail.com
WA:
089635002203
BBM:
5A2CEECB
Langganan:
Postingan (Atom)
Komunitas wong pemalang
ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) Industri kecil kerajinan Tenun ATBM banyak terdapat di Desa Wanarejan, ...